ROI (Return on Investment) | Definisi dan Cara Hitung yang Gampang Dipahami

Wahyu Wijayanto Avatar



, ,

share

ROI atau Return on Investment adalah alat ukur (Metric) keuangan yang super praktis untuk mengevaluasi seberapa menguntungkan sebuah investasi. Sederhananya, ROI itu kayak nanya ke diri sendiri: “Kalau gue investasinya sekian, berapa yaa keuntungan bersih bisa yang gue dapet?”

Apa Itu ROI?

ROI atau Return on Investment adalah alat ukur (Metric) keuangan yang super praktis untuk mengevaluasi seberapa menguntungkan sebuah investasi. Sederhananya, ROI itu kayak nanya ke diri sendiri:

“Kalau gue investasinya sekian, berapa yaa keuntungan bersih bisa yang gue dapet?”

Secara matematis, rumusnya begini:
ROI = (Keuntungan – Modal) / Modal x 100%

Contoh simpel:
Kalau kamu investasi Rp 1.000.000 dan dapet untung Rp 200.000, maka:
ROI = (200.000 / 1.000.000) x 100% = 20%

Artinya, keuntungan bersih kamu adalah 20% dari modal yang kamu keluarkan. Dengan kata lain, modal Rp 1.000.000 menghasilkan tambahan Rp 200.000 menjadi total Rp 1.200.000.


Kenapa ROI Penting?

ROI itu lebih dari sekadar angka. Ini adalah alat bantu untuk kamu ngecek mana pilihan investasi yang paling menguntungkan. Dengan memahami ROI, kamu nggak cuma tahu apakah investasi itu cuan atau nggak, tapi juga seberapa besar potensi cuannya dibanding modal yang dikeluarkan. Berikut alasan kenapa ROI penting banget untuk kamu pahami:

  1. Membantu Bikin Keputusan
    Kamu punya uang Rp 10 juta. Apa yang lebih baik: beli emas, simpan di deposito, atau mulai bisnis kecil-kecilan? Dengan ngitung ROI, kamu bisa langsung bandingin mana yang potensi keuntungannya paling besar.
    Contohnya:
    • Kalau investasi di emas, ROI-nya sekitar 5-10% per tahun.
    • Deposito? Biasanya cuma 3-4% per tahun.
    • Tapi kalau kamu buka bisnis kecil-kecilan seperti jualan online, potensi ROI-nya bisa jauh lebih besar—mungkin 20-50%, tergantung strateginya.

Dengan perhitungan ini, kamu jadi punya gambaran yang lebih jelas untuk menentukan pilihan, daripada cuma berdasarkan feeling atau opini orang lain.

  1. Mengukur Efisiensi
    ROI juga kasih tahu seberapa efisien modal kamu “bekerja.” Kalau ROI-nya tinggi, berarti uang yang kamu investasikan digunakan dengan optimal dan memberikan hasil yang maksimal. Tapi kalau ROI-nya kecil atau bahkan negatif, artinya ada yang perlu diperbaiki, entah itu strategi atau jenis investasinya.
    Misalnya:
    • Kamu investasi Rp 5 juta untuk bisnis online, tapi setelah setahun cuma dapet keuntungan Rp 1 juta. ROI-nya cuma 20%.
    • Di sisi lain, temanmu pakai modal yang sama tapi dapet untung Rp 3 juta dalam setahun. ROI-nya 60%.

Dari situ, kamu bisa lihat siapa yang lebih efisien dalam mengelola modal, dan kamu juga bisa belajar apa yang harus diperbaiki supaya hasilnya lebih baik di masa depan.

  1. Evaluasi Kinerja
    ROI itu ibarat “rapor” dari investasi kamu. Kalau hasilnya kecil atau bahkan minus, artinya mungkin ada strategi yang kurang tepat atau peluang lain yang lebih menjanjikan. Dengan evaluasi ini, kamu bisa terus memperbaiki keputusan finansialmu ke depan.
    Contoh:
    • Kamu investasi di saham perusahaan startup dan hasilnya ROI negatif karena harga sahamnya turun.
    • Ini bisa jadi sinyal untuk kamu cari alternatif investasi lain, misalnya saham di perusahaan yang lebih stabil atau diversifikasi ke instrumen lain seperti reksadana.

Jadi, ROI nggak cuma soal menghitung keuntungan, tapi juga membantu kamu mereview apakah langkah investasi yang kamu ambil itu udah sesuai dengan tujuan keuanganmu.

  1. Mempermudah Perbandingan Investasi
    ROI bikin kamu lebih mudah ngebandingin berbagai jenis investasi. Daripada bingung mikir untung-rugi masing-masing opsi, cukup pake satu metrik ini untuk langsung tahu mana yang lebih menguntungkan.
    Misalnya:
    • Investasi di properti biasanya ROI-nya sekitar 5-10% per tahun dari hasil sewa.
    • Investasi di saham bisa kasih ROI 15-20% per tahun, tergantung performa perusahaan.
    • Tapi investasi di crypto? ROI-nya bisa ekstrem—kadang sampai 100% atau lebih, tapi dengan risiko yang juga tinggi.

Cara Menghitung ROI di Dunia Nyata

Biar makin kebayang, yuk kita lihat contoh-contoh perhitungan ROI di berbagai skenario:

1. Investasi Saham

Bayangkan kamu beli saham GOTO:

  • Modal: Beli 1000 lembar @ Rp 100 = Rp 100.000
  • Jual: Setahun kemudian @ Rp 150 = Rp 150.000
  • Dividen: Dapat Rp 10.000

ROI = ((150.000 + 10.000 – 100.000) / 100.000) x 100% = 60%

Artinya, kamu untung 60% dari modal awal. Lumayan banget, kan?


2. Bisnis Online

Kamu buka bisnis dropship, nih:

  • Modal awal (website, iklan): Rp 5 juta
  • Pendapatan setahun: Rp 8 juta

ROI = ((8.000.000 – 5.000.000) / 5.000.000) x 100% = 60%

Dropship ternyata nggak cuma fleksibel, tapi cuannya juga oke!


3. Investasi Properti

Kamu beli apartemen untuk disewakan:

  • Harga beli: Rp 500 juta
  • Pendapatan sewa per tahun: Rp 50 juta

ROI = (50.000.000 / 500.000.000) x 100% = 10% per tahun

ROI properti biasanya stabil, tapi butuh modal besar.

ROI bangun rumah sendiri atau Beli dari developer lebih bagus mana?

Hal-hal yang Harus Kamu Perhatikan dalam ROI

Meski kelihatannya gampang dihitung, ROI itu nggak bisa berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang bisa bikin angka ROI terlihat “bagus,” padahal kenyataannya belum tentu sesuai ekspektasi. Jadi, sebelum kamu mengambil keputusan berdasarkan ROI, perhatikan hal-hal ini:

  1. Timeframe (Jangka Waktu)
    Jangan cuma lihat angka ROI-nya tanpa mempertimbangkan periode waktunya. ROI 10% dalam 1 tahun jelas lebih menarik daripada ROI 10% dalam 5 tahun. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk mencapai ROI tertentu, semakin kecil daya tariknya, terutama kalau ada opsi lain yang bisa memberikan hasil lebih cepat.


PENTING: ROI tinggi dalam waktu singkat sering kali datang dengan risiko lebih besar. Jadi, pastikan kamu mempertimbangkan aspek waktu dengan hati-hati, terutama jika menyangkut investasi jangka panjang seperti properti atau saham blue chip.

  1. Risiko
    ROI tinggi biasanya sejalan dengan risiko yang tinggi. Misalnya, investasi di crypto bisa memberikan ROI 100% dalam waktu singkat, tapi potensi kerugiannya juga nggak main-main—bisa turun sampai 50% atau lebih dalam hitungan minggu.

PENTING: Jangan terjebak dengan “angka besar” tanpa memahami risiko di baliknya. ROI yang stabil dan moderat sering kali lebih baik dalam jangka panjang dibanding ROI ekstrem yang bikin deg-degan setiap hari.

  1. Biaya Tersembunyi
    ROI yang kamu hitung bisa jadi nggak akurat kalau lupa memasukkan biaya-biaya tambahan seperti pajak, biaya transaksi, biaya perawatan, atau bahkan biaya kesempatan (opportunity cost) karena memilih satu investasi daripada yang lain.
    Contoh:
    • Investasi properti sering kali terlihat menarik karena ROI dari sewa. Tapi kalau kamu lupa menghitung biaya renovasi, pajak properti, atau komisi agen, hasil akhirnya mungkin nggak sebesar yang kamu pikirkan.
    • Saham juga punya biaya transaksi dan pajak yang harus dihitung supaya ROI kamu lebih realistis.
  2. Inflasi
    ROI nominal yang terlihat besar bisa “menipu” kalau kamu nggak memperhitungkan inflasi. Kalau inflasi tahunan adalah 5%, ROI 10% berarti real return kamu hanya 5%. Ini penting, terutama untuk investasi jangka panjang.

PENTING: Pastikan ROI kamu tetap lebih tinggi daripada tingkat inflasi supaya nilai uangmu nggak tergerus waktu.

  1. ROI Bukan Segalanya
    Ini penting: ROI itu cuma salah satu alat ukur. Ada banyak faktor lain yang perlu kamu pertimbangkan, seperti likuiditas (seberapa cepat uang bisa dicairkan), stabilitas investasi, dan tujuan keuangan jangka panjangmu.
    Contoh:
    • Investasi properti mungkin punya ROI rendah di awal karena biaya awal yang besar, tapi punya potensi kenaikan nilai aset jangka panjang.
    • Sebaliknya, saham growth company mungkin memberikan ROI besar dalam waktu singkat, tapi risiko volatilitasnya juga tinggi.

PENTING: Jangan terpaku pada ROI aja. Kombinasikan metrik ini dengan analisis risiko, tujuan keuangan, dan waktu investasi supaya kamu nggak salah langkah. Ingat, investasi itu maraton, bukan sprint!


Tips Mengoptimalkan ROI

Supaya investasimu lebih cuan dan aman, coba deh tips berikut:

  1. Diversifikasi
    Jangan taruh semua uang di satu tempat. Sebar investasi kamu ke berbagai instrumen untuk mengurangi risiko.
  2. Research Sebelum Investasi
    Lihat track record dan risiko dari setiap investasi. ROI tinggi di masa lalu nggak selalu jamin cuan di masa depan.
  3. Pantau Secara Berkala
    Cek performa investasi kamu secara rutin. Kalau hasilnya jauh di bawah ekspektasi, mungkin saatnya pivot atau cut loss.
  4. Fokus Jangka Panjang
    Investasi jangka panjang biasanya lebih stabil. Jangan gampang tergoda ROI tinggi dari investasi “kilat”.

Kesimpulan

ROI adalah salah satu alat paling simpel tapi powerful untuk mengevaluasi investasi. Meski rumusnya sederhana, penggunaannya harus memperhatikan banyak hal: risiko, waktu, inflasi, dan biaya tambahan.

PENTING: ROI tinggi itu menarik, tapi ROI yang konsisten jauh lebih penting untuk kesehatan finansialmu. Jadi, selalu pilih investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risikomu.


share

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments