Apa Itu Blockchain?
Blockchain adalah kata yang sering kita dengar baik di media sosial maupun di obrolan sehari-hari. Kata ini mungkin terdengar akrab di telinga kita, tapi bagi sebagian besar orang, maknanya tetap asing dan kita cuma mengetahui sebagian kecil dari arti sebenarnya. Singkatnya, Blockchain adalah bentuk inovasi teknologi yang kini semakin populer. Tapi, secara konsep dasar, Blockchain sebenarnya mengadopsi prinsip yang sudah digunakan sejak lama dalam peradaban manusia.
Salah satu contohnya beli kita lihat dari sistem pencatatan yang dipelopori oleh keluarga Medici di Italia pada abad ke-12. Di masa itu, keluarga Medici menggunakan prinsip double-entry accounting, yaitu sistem pencatatan transaksi dengan dua lajur, Debit dan Kredit, dalam pembukuan perbankan mereka. Sistem ini memungkinkan akuntan untuk mencatat setiap transaksi dengan lebih transparan dan akurat.
Nah, konsep dasar dari Blockchain ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan prinsip double-entry accounting yang pertama kali diperkenalkan oleh para bankir dan akuntan di masa lalu. Saat itu, keluarga Medici, salah satu keluarga pengusaha terkaya di Italia abad ke-12, menggunakan sistem double-entry ini untuk mencatat transaksi bisnis perbankan mereka. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem pencatatan yang lebih transparan, rapi, dan bisa dipertanggungjawabkan.
Di era digital sekarang, Blockchain membawa prinsip dasar ini ke tingkat yang lebih canggih dengan menggunakan teknologi terdesentralisasi. Jadi, jika sistem double-entry memungkinkan pencatatan transaksi di dua sisi, Blockchain memperkenalkan konsep yang lebih modern, yaitu triple-entry accounting. Sistem ini gak cuma mencatat transaksi pada dua lajur, tetapi juga menambahkan satu entry tambahan, yaitu catatan digital yang disimpan secara permanen dan transparan di seluruh jaringan komputer yang disebut sebagai โProofโ atau โDigital Receiptโ.
Dengan sistem ini, setiap transaksi yang terjadi gak cuma tercatat di satu atau dua tempat, tapi tersimpan dalam jaringan global yang gak bisa diubah atau dimanipulasi. Jadi, Blockchain bisa dibilang sebagai evolusi dari sistem pembukuan tradisional, yang bertujuan untuk menjamin integritas data dan mencegah kesalahan atau kecurangan dalam pencatatan transaksi.
Di artikel satuHal.com kali ini, kita akan bahas lebih jauh tentang apa itu Blockchain, bagaimana cara kerjanya, juga tentang peran pentingnya dalam dunia keuangan modern. Kita juga akan lihat perbedaan antara Blockchain dan cryptocurrency, dan bagaimana teknologi ini sudah kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari.
Pengertian Dasar Ledger dalam Sistem Keuangan Tradisional
Sebelum kita bahas lebih jauh tentang Blockchain dan berbagai bentuk dan aplikasinya saat ini, ada baiknya kita pahami dulu konsep dasar dari ledger yang sudah diadopsi dalam sistem keuangan tradisional selama berabad-abad.
Sederhananya, ledger adalah buku besar yang dipakai untuk mencatat semua transaksi keuangan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sistem ini mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran, sehingga memungkinkan sapa aja untuk melihat dan memeriksa seluruh riwayat transaksi dengan detail dan akurat. Dengan adanya ledger, setiap transaksi tercatat secara berurutan, memudahkan kita untuk melakukan pelacakan, perhitungan, dan audit.
Di dalam dunia akuntansi, ledger dipakai sebagai dasar penerapan sistem double-entry accounting. Pada sistem ini, setiap transaksi dicatat dalam dua lajur terpisah, yaitu Debit dan Kredit. Metode ini gunanya untuk memastikan total jumlah dalam kedua lajur selalu seimbang, sehingga mengurangi risiko kesalahan dan menawarkan transparansi lebih tinggi. Sistem double-entry inilah yang menjadi fondasi pencatatan keuangan modern, karena mampu menciptakan struktur pembukuan yang terpercaya dan gak mudah untuk dimanipulasi.
Konsep ledger dan double-entry accounting ini penting banget untuk dipahami, karena Blockchain pada dasarnya berfungsi sebagai versi digital dan terdistribusi dari ledger tradisional. Dan bahkan Blockchain melangkah lebih jauh dengan menerapkan prinsip triple-entry accounting, yang gak cuma mencatat transaksi dalam dua lajur, tetapi juga menambah satu catatan digital permanen yang tersebar di seluruh jaringan.
Triple-Entry Accounting
Selanjutnya kita bahas tentang Triple-entry accounting, yang pada dasarnya pengembangan metode double-entry accounting dengan tambahan entry ketiga yang berupa catatan digital yang terdistribusi (Distributed Digital Record) atau juga sering disebut sebagai Decentralized Digital Record. Jika dalam double-entry, transaksi dicatat di dua sisi (Debit dan Kredit) untuk menciptakan keseimbangan, maka dalam triple-entry accounting, setiap transaksi memiliki salinan digital permanen yang disimpan di jaringan Blockchain. Entri ketiga ini bertindak sebagai “bukti” tambahan yang dapat diverifikasi dan diperiksa oleh siapa saja, menjadikannya lebih aman dan transparan dibandingkan sistem akuntansi tradisional. Dan yang paling penting dari sistem ini adalah bukti digital ini ter-desentralisasi di banyak komputer yang membuat pemalsuan atau kecurangan lainnya akan sangat sulit dilakukan! Bahkan beberapa orang bilang kecurangan di level transaksi Blockchain mustahil dilakukan.
Sejarah Triple-Entry Accounting
Konsep triple-entry accounting sebenarnya bukan hal baru. Ide ini pertama kali dicetuskan pada awal 1900-an oleh beberapa ekonom dan akuntan, seperti Yuji Ijiri. Namun, teknologi pada saat itu belum memungkinkan penerapannya secara praktis.
Baru pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, dengan kemunculan teknologi Blockchain, konsep triple-entry accounting mulai dilirik kembali. Tokoh-tokoh seperti Ian Grigg dan Bernard Lietaer mempopulerkan ide ini sebagai solusi untuk meningkatkan transparansi dan keamanan pencatatan keuangan.
Penerimaan Triple-Entry Accounting di Level Formal dan Standar Akuntansi
Walaupun konsep triple-entry accounting dan penerapannya melalui Blockchain sudah mulai banyak dipakai, penerimaan resminya sebagai standar akuntansi global masih dalam tahap awal. Lembaga-lembaga seperti International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Financial Accounting Standards Board (FASB) yang bertanggung jawab atas standar akuntansi global belum secara eksplisit mengakui atau mengadopsi triple-entry accounting sebagai bagian dari framework resmi mereka.
Beberapa organisasi dan badan pemerintahan, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris, sudah melakukan studi terhadap teknologi Blockchain untuk tujuan audit dan verifikasi transaksi. Regulator keuangan dan audit internasional juga mulai mempertimbangkan manfaat Blockchain dalam meningkatkan transparansi, efisiensi, dan keamanan proses audit, meski adopsi triple-entry accounting sebagai standar akuntansi resmi masih terkendala oleh perbedaan dalam regulasi, infrastruktur, dan penerapan.
Di sektor swasta, beberapa perusahaan besar dan lembaga keuangan juga sudah bereksperimen dengan menggunakan triple-entry accounting untuk menyajikan catatan keuangan yang lebih aman dan akurat. Public Blockchain dan platform seperti Ethereum serta juga mulai dipakai sebagai bagian dari sistem pencatatan transaksi. Contohnya, beberapa institusi perbankan seperti JP Morgan sudah mengembangkan Blockchain Protocol yang disebut dengan nama Quorum yang membantu mereka melakukan verifikasi transaksi secara otomatis dan real-time, dan mengurangi intervensi manual dari eksternal, dan Firma Audit terkenal sudah memanfaatkan teknologi Blockchain untuk proses pelaporan dan audit secara real-time, yang memungkinkan verifikasi transaksi tanpa perlu banyak intervensi dari auditor secara manual.
Manfaat dan Tantangan dalam Adopsi Triple-Entry Accounting
- Manfaat:
- Transparansi: Transaksi yang tercatat di Blockchain bisa diakses oleh pihak-pihak terkait dan dapat diverifikasi secara langsung.
- Keamanan: Pencatatan yang terdesentralisasi di jaringan membuat data sulit diubah atau dihapus, sehingga mengurangi potensi penipuan.
- Efisiensi Audit: Penerapan triple-entry accounting bisa mempermudah audit karena setiap transaksi otomatis terverifikasi di jaringan.
- Tantangan:
- Belum Ada Standar Formal: Adopsi resmi dalam standar akuntansi internasional belum tercapai, sehingga belum diakui sepenuhnya sebagai metode akuntansi yang terstandarisasi.
- Kebutuhan Teknologi: Penggunaan Blockchain sebagai basis triple-entry accounting memerlukan infrastruktur teknologi yang memadai.
- Regulasi: Regulasi yang berbeda antar negara bisa mempengaruhi adopsi sistem ini dalam sistem pelaporan keuangan.
Apakah Blockchain dan Cryptocurrency Itu Sama?
Blockchain dan cryptocurrency sering banget dianggap sebagai dua hal yang sama oleh banyak orang. Padahal Blockchain itu cuma sistem dasar yang memungngkinkan berbagai macam aplikasi berjalan di atasnya. Cryptocurrency sendiri itu adalah salah satu jenis aplikasi yang jalan dengan memanfaatkan sistem teknologi Blockchain. Gampangnya (walaupun sangat over simplified) Blockchain itu mirip Sistem Operasi seperti WIndows atau Linux dan Cryptocurrency seperti Aplikasi yang dibuat khusus untuk berjalan di dalam Sistem Operasi itu sendiri. Untuk lebih jelas lagi kita bahas lebih lanjut.
Blockchain Adalah Teknologi Dasar untuk Beragam Aplikasi (Termasuk Crypto)
Blockchain adalah teknologi yang dipakai untuk mencatat data atau transaksi secara terdesentralisasi di dalam sebuah jaringan. Dalam sistem ini, setiap data yang dimasukkan akan dibentuk menjadi blok yang tersambung satu sama lain yang mirip seperti rantai (chain), makanya sistem ini disebut Blockchain. Data ini bisa diakses, diverifikasi, dan disimpan oleh semua orang di dalam network, dan memastikan keamanan dan transparansi yang lebih tinggi dibanding sistem pencatatan konvensional (termasuk sistem Double Entry).
Blockchain sendiri adalah pondasi untuk berbagai macam aplikasi yang gak terbatas pada bidang keuangan. Berikut beberapa aplikasi Blockchain di luar cryptocurrency yang sudah banyak dikenal orang:
- Smart Contracts: adalah aplikasi Blockchain yang memungkinkan dua atau lebih pihak membuat perjanjian tanpa perlu pihak ketiga. Di dalam smart contracts, syarat-syarat perjanjian diprogram secara otomatis dalam kode, sehingga ketika kondisi yang sudah ditentukan terpenuhi, kontrak akan otomatis dieksekusi. Aplikasi ini mulai banyak digunakan di industri keuangan, asuransi, dan real estate untuk mengotomatisasi kesepakatan dan mengurangi biaya administrasi.
- Supply Chain Tracking: Teknologi Blockchain memungkinkan pelacakan barang di seluruh Supply Chain dengan lebih transparan dan akurat. Dengan Blockchain, seseorang atau perusahaan bisa melacak asal, proses pengiriman, sampai status terkini sebuah produk. Ini bermanfaatbanget di industri makanan, farmasi, dan manufaktur, di mana transparansi asal-usul dan kualitas produk sangat penting.
- Data and Identity Management: Blockchain juga mulai dipakai untuk melindungi identitas digital dan data pribadi. Dalam konteks ini, teknologi Blockchain memungkinkan user untuk menyimpan data mereka secara aman dan Blockchain juga memberikan kontrol penuh kepada pemilik data tentang siapa yang boleh mengaksesnya. Beberapa platform sudah memanfaatkan Blockchain untuk menciptakan identitas digital terdesentralisasi, mengurangi risiko pencurian data.
Kenapa Banyak Orang Yang Mengira Blockchain dan Cryptocurrency Itu Sama?
Sebenarnya hal ini sudah sering terjadi sih di berbagai hal dan gak cuma kesalahpahaman di dalam konteks Blockchain dan Cryptocurrency saja. Biasanya kesalahpahaman ini terjadi di sisi pengguna umum yang masih awam tentang detail teknologi dari produk yang mereka pakai. Percaya atau nggak kalau kesalahpahaman ini mirip dengan ketika banyak orang bilang kalau mereka mau minum Aqua waktu mereka haus! Ini karena Aqua pada saat itu muncul ke pasar sebelum konsep Air Mineral dalam botol itu benar-benar dipahami oleh masyarakat. Yang masyarakat tahu kalau air yang dikemas di dalam botol itu namanya Aqua! Baik sadar atau gak sadar bahwa Aqua itu cuma merek dari sebuah Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK).
Di dalam konteks Blockchain dan Cryptocurrency, ini terjadi gak lain karena popularitas cryptocurrency Bitcoin. Bahkan untuk sebagian orang, Blockchain itu adalah Bitcoin! Karena memang Bitcoin adalah salah satu aplikasi pertama dari teknologi Blockchain di bidang Cryptocurrency. waktu Bitcoin diluncurkan di tahun 2009, ide tentang mata uang digital terdesentralisasi yang memakai teknologi Blockchain jadi sorotan utama media dan masyarakat, walaupun belum sepopuler sekarang. Oleh Karena itu, banyak orang yang kenal dengan konsep Blockchain lewat Bitcoin, atau cryptocurrency lainnya seperti Ethereum. Dan ini lah yang membuat kedua istilah ini digunakan secara bergantian seperti halnya Air Mineral dan Aqua.
Kemungkinan alasan lain adalah di dalam Cryptocurrency, teknologi Blockchain punya peran penting karena berfungsi sebagai catatan permanen untuk semua transaksi yang terjadi di dalam network. Blockchain yang digunakan sebagai Ledger atau โbuku besarโ yang terdesentralisasi untuk mencatat seluruh transaksi cryptocurrency membuat banyak orang menganggap Blockchain sebagai sesuatu yang khusus dibuat untuk cryptocurrency, padahal teknologi ini punya potensi implementasi yang jauh lebih luas.
Potensi Blockchain yang Lebih Luas dari Cryptocurrency
Dengan memahami ini, kita bisa lihat bahwa Blockchain adalah teknologi dasar yang menawarkan lebih banyak solusi di berbagai industri selain cryptocurrency. Sementara cryptocurrency (Khususnya Bitcoin) adalah salah satu aplikasi paling dikenal dari Blockchain, teknologi ini punya potensi besar dalam bidang lain, seperti disebutkan di atas. Dengan melihat Blockchain sebagai sesuatu yang lebih luas daripada โsekedarโ cryptocurrency bisa membantu kita lebih paham potensi transformasi yang bisa ditawarkan teknologi ini dalam berbagai aspek kehidupan dan industri.
Penggunaan Blockchain dalam Kehidupan Sehari-Hari
Untuk kebanyakan orang, Blockchain mungkin masih kedengaran seperti teknologi canggih yang jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tapi faktanya, teknologi ini semakin banyak digunakan dalam berbagai layanan yang mungkin pernah kita pakai, terutama yang berkaitan dengan transaksi dan transparansi. Beberapa contoh aplikasi Blockchain yang mungkin sudah atau akan bisa kita pakai dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
Supply Chain Tracking
Pernah penasaran gak makanan atau barang yang kita beli itu berasal dari mana? Dengan teknologi Blockchain, asal-usul dari sebuah produk bisa kita telusuri secara transparan. Dengan teknologi Blockchain, konsumen bisa memverifikasi asal dan kualitas produk mereka! Entah barang itu adalah buah-buahan, daging, atau bahkan pakaian semua bisa ditelusuri. Kalau kamu misalnya adalah seseorang yang punya alergi tertentu yang mengharuskan kamu untuk tahu persis kandungan makanan apa yang kamu konsumsi, teknologi Blockchain bisa memungkinkan kamu untuk tracking bahan baku, asal bahan sampai dengan history dari barang itu sejak dari pabrik sampai ke toko tempat kamu beli barang itu. Bahkan mungkin sampai barang/unit yang spesifik ada di tangan kamu dengan integrasi dengan sistem identifier seperti RFID atau QR.
Di platform Supply Chain Tracking, setiap transaksi atau perpindahan barang dicatat di dalam Blockchain, dan membuat rekam jejak digital yang ada gak bisa dimanipulasi. Artinya, konsumen yang mau tahu apakah produk yang dibeli memenuhi standar kualitas atau kebutuhan tertentu bisa langsung memverifikasi informasinya di dalam sistem. Ini gak cuma meningkatkan transparansi tetapi juga membangun kepercayaan antara produsen dan konsumen.
Beberapa perusahaan di industri makanan juga sudah memulai inisiatif ini seperti seperti Walmart dan Nestlรฉ, yang menggunakan Blockchain untuk melacak jalur distribusi produk dari produsen sampai konsumen mereka.
Pembayaran Lintas Batas Negara yang Lebih Cepat dan Murah
Blockchain juga makin populer di bidang pembayaran lintas negara. Selama ini pengiriman uang ke luar negeri seringkali butuh waktu yang lama dan biaya yang mahal, karena harus melalui bank atau pihak ketiga. Tapi dengan teknologi Blockchain, proses ini bisa dilakukan secara lebih cepat dan murah.
Contohnya, beberapa layanan pembayaran seperti Ripple dan Stellar memanfaatkan Blockchain untuk menyediakan solusi pembayaran internasional yang lebih efisien. Proses pengiriman uang yang dulu butuh waktu beberapa hari, sekarang bisa diselesaikan hanya dalam hitungan menit dengan biaya yang jauh lebih murah. Ini sangat berguna untuk mereka yang sering mengirim atau menerima uang dari luar negeri, baik untuk keperluan bisnis maupun pribadi.
Tapi perlu dicatat kalau Sistem Pembayaran Antar Negara yang disebutkan di atas belum sepenuhnya legal di beberapa negara. Indonesia sendiri masih belum mengakui sistem pembayaran dengan memakai Cryptocurrency, dan mungkin saja kalau kamu nekat memakai sistem ini, negara bisa mencecar kamu dengan banyak pertanyaan karena negara punya hak untuk menaruh curiga dengan aktivitas kamu itu, seperti dugaan penyelewengan pajak, tindakan pencucian uang dll.
Data and Identity Management
Bayangin kalau kita bisa punya identitas digital yang terdesentralisasi dan sepenuhnya aman, di mana data pribadi gak mudah diakses atau dicuri oleh pihak tak bertanggung jawab. Inilah salah satu potensi Blockchain yang mulai diadopsi oleh beberapa layanan. Teknologi ini memungkinkan user menyimpan data identitas mereka di dalam sistem yang aman, dan mereka bisa memilih siapa yang diizinkan mengakses data tersebut.
Contoh penerapannya bisa kita lihat pada beberapa platform kesehatan dan pendidikan, di mana catatan data (Rekam Medis) pasien seperti MedRec dan Hashed Health atau rekam jejak akademik dicatat di Blockchain seperti Blockcerts. Dengan cara ini, pemilik data mempunyai kontrol penuh atas siapa yang bisa melihat atau menggunakan informasi mereka, meningkatkan privasi dan keamanan data. Hal ini gak cuma meningkatkan privasi tetapi juga memberikan manfaat lain seperti portabilitas data, otonomi user, dan transparansi penggunaan data.
Pemungutan Suara Online (Online Voting) yang Transparan dan Aman
Di era digital, ide tentang voting online semakin populer, namun banyak tantangan dalam memastikan keamanannya. Blockchain menyediakan solusi untuk ini dengan memungkinkan voting digital yang transparan dan terhindar dari manipulasi. Setiap suara yang diberikan di Blockchain dicatat secara permanen dan tidak bisa diubah, sehingga hasilnya bisa diverifikasi secara publik. Beberapa negara dan institusi mulai mempertimbangkan Blockchain sebagai metode voting untuk meningkatkan kepercayaan dan transparansi dalam proses pemilu. Ada yang bisa prediksi kapan Indonesia akan mengadopsi sistem pemilu online berbasis Blockchain?
Blockchain SUDAH menjadi Bagian dari Kehidupan Kita Sehari-hari.
Dari product tracking sampai pembayaran lintas negara, Blockchain mulai mengambil peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Walaupun mungkin masih perlu banyak pengembangan dan adaptasi untuk teknologi ini benar-benar bisa kita rasakan sebagai masyarakat umum di Indonesia, tapi sekarang kita sudah bisa mulai bisa membayangkan bagaimana aplikasinya di kehidupan sehari-hari.
Sebagai rangkuman, Blockchain adalah teknologi revolusioner yang membawa konsep pencatatan transaksi ke tingkat yang lebih tinggi dengan triple-entry accounting, melampaui sistem tradisional double-entry. Dengan catatan permanen yang terdistribusi dan transparan di seluruh jaringan, Blockchain memastikan keamanan dan kepercayaan dalam transaksi digital. Walaupun sering dianggap identik dengan cryptocurrency, seperti Bitcoin, Blockchain sebenarnya lebih luas. Teknologi ini gak cuma mendukung mata uang digital tetapi juga memungkinkan aplikasi inovatif seperti smart contracts, pelacakan supply chain, dan manajemen data.
Sebagai sebuah infrastruktur yang mendasari berbagai sektor, Blockchain berpotensi besar untuk mengubah banyak aspek kehidupan modern, dari keamanan identitas samapi efisiensi transaksi. Dengan adopsi yang kian meluas, terutama di industri keuangan dan pemerintahan, Blockchain berpotensi menjadi standar baru dalam keamanan dan transparansi data di masa depan.