Permintaan (Demand): Panduan Lengkap yang Wajib Kamu Ketahui dalam satuHal!

Wahyu Wijayanto Avatar



,

share

Image FOMO grafitti

Tentang Permintaan (Demand) dalam satuHal.

Pernah gak sih kamu bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba semua orang langsung berburu suatu barang atau kegiatan begitu ada yang baru atau trending? Misalnya, kenapa sneakers limited edition habis dalam hitungan menit, atau kenapa tiket konser penyanyi top dunia ludes begitu dijual? Bahkan, kenapa kafe yang lagi viral bisa bikin orang rela antre berjam-jam cuma buat segelas kopi? Semua ini punya hubungan yang erat dengan konsep “permintaan” atau “demand” dalam ekonomi.

Jadi, permintaan itu intinya adalah keinginan dan kemampuan seseorang buat beli barang atau jasa di berbagai tingkat harga dalam waktu tertentu. Sederhananya, permintaan itu kayak Gravitasi yang bisa bikin kita dan orang lain tertarik, apalagi kalau suatu barang atau pengalaman terkesan langka dan eksklusif. Ini juga yang bikin fenomena FOMO (Fear of Missing Out) makin kuat. Karena gak mau ketinggalan trend, banyak orang buru-buru beli atau nyobain sesuatu meski mungkin awalnya gak terlalu butuh atau bahkan gak terlalu tertarik.

Kita sering banget lihat fenomena FOMO di sekitar kita, terutama di era digital ini. Dari antrian panjang buat beli sneakers kolaborasi brand besar, nonton film blockbuster yang baru rilis, atau ikutan trend makanan dan minuman di media sosial, FOMO bikin permintaan untuk barang atau pengalaman tertentu bisa melonjak tinggi dalam waktu singkat dan membuat daya tarik yang ibarat Gravitasi tadi menjadi sekuat Black Hole! Misalnya, kalau kita lihat di media sosial ada banyak orang posting boneka Labubu, seketika itu kita ikut tertarik, takut ketinggalan hype yang lagi viral diomongin. Atau pas ada flash sale di e-commerce favorit, semua orang kalap berburu barang dengan harga miring.

Faktor permintaan ini gak cuma bikin kita pengen beli, tapi juga bikin produsen atau penjual makin semangat buat menghadirkan produk-produk atau event (jasa) yang bisa bikin orang merasa FOMO. Bukan cuma soal barangnya yang bagus atau eventnya yang seru, tapi juga karena ada efek “keburu habis” yang bikin kita merasa harus segera ikutan sebelum semuanya hilang atau sold out. Nah, hal ini juga gak bisa lepas dari konsep “penawaran” atau supply, yang merupakan jumlah barang atau jasa yang tersedia di pasar. Kalau suatu barang atau tiket acara jumlahnya terbatas, makin besar deh kemungkinan FOMO itu muncul dan mendorong kita buat segera beli atau ikutan.

Sekarang kita akan bahas lebih jauh konsep permintaan dan FOMO ini dalam kehidupan sehari-hari. Gak cuma sekadar melihat apa yang lagi viral di media sosial, tapi memahami kenapa kita, sebagai konsumen, sering kali terbawa arus permintaan yang semakin meningkat. Dan siapa tahu, dengan memahami konsep ini, kita jadi lebih bijak dalam mengambil keputusan, bahkan bisa menahan diri dari keputusan impulsif gara-gara FOMO.

Apa Itu Permintaan (Demand)?

Definisi Komprehensif

Permintaan dalam ekonomi adalah jumlah barang atau jasa yang konsumen bersedia dan mampu beli pada berbagai tingkat harga dalam periode tertentu. Konsep ini mungkin terdengar sederhana, tapi sebenarnya melibatkan banyak faktor yang menentukan apakah suatu produk atau jasa akan laku keras atau justru sepi peminat. Ada beberapa elemen kunci dalam konsep permintaan ini:

  • Keinginan: Konsumen punya minat atau ketertarikan terhadap produk atau layanan tertentu. Misalnya, antusiasme untuk mengikuti tren atau memiliki sesuatu yang sedang populer.
  • Daya Beli: Selain keinginan, konsumen juga harus punya kemampuan finansial untuk membeli produk tersebut. Kalau cuma ada minat tanpa dana, permintaan pun tidak akan terjadi.
  • Tingkat Harga: Berbagai tingkat harga berbeda memengaruhi minat beli konsumen. Harga rendah bisa membuat permintaan melonjak, sementara harga tinggi sering kali membatasi siapa yang bisa membeli.

Penting untuk diingat, permintaan gak cuma soal โ€œkeinginan,โ€ tapi juga apakah konsumen punya daya beli yang cukup buat memenuhi keinginan tersebut. Misalnya, banyak orang mungkin mau punya smartphone keluaran terbaru, tapi cuma sebagian yang benar-benar mampu membelinya.

Contoh Sehari-hari

Untuk memahami permintaan lebih dalam, kita bisa lihat beberapa contoh nyata di kehidupan sehari-hari. Dari hiburan sampai teknologi, semuanya memperlihatkan bagaimana permintaan terbentuk dari perpaduan antara keinginan, kemampuan beli, dan harga yang ditawarkan.

  1. Tiket Event
  • Tiket Konser Artis Populer: Saat ada pengumuman konser dari artis Top seperti Taylor Swift atau Coldplay, permintaan untuk tiket langsung membludak. Banyak penggemar rela antre (bahkan online sekalipun) demi mendapatkan tiket, dan biasanya tiket ludes dalam hitungan menit. Fenomena ini menunjukkan bagaimana keinginan besar dari penggemar, ditambah daya beli mereka, menciptakan permintaan yang tinggi.
  • Merchandise Artis: Barang-barang seperti kaos, hoodie, hingga album fisik dari artis idola sering jadi buruan. Dengan adanya daya tarik emosional dan rasa kebanggaan sebagai fans, banyak orang rela mengeluarkan uang lebih untuk membeli merchandise resmi.
  • Subscription Layanan Streaming: Di era digital, langganan streaming seperti Netflix, Spotify, dan Disney+ semakin digemari. Kemudahan akses dan pilihan konten yang banyak membuat permintaan untuk layanan ini terus meningkat, apalagi saat ada Original Movie atau Serial Eksklusif yang ditunggu-tunggu.
  1. Makanan & Minuman
  • Makanan Viral di Media Sosial: Kamu pasti sering lihat makanan atau minuman yang tiba-tiba jadi viral di media sosial, seperti martabak varian baru atau minuman dengan topping unik. Begitu viral, permintaan untuk mencicipi menu tersebut langsung meningkat pesat, membuat banyak orang rela antre panjang. Fenomena FOMO juga berperan di sini, karena gak mau ketinggalan tren, orang jadi makin terdorong untuk mencobanya.
  • Restoran dengan Menu Spesial atau Limited Edition: Banyak restoran atau kafe yang menawarkan menu edisi terbatas sebagai strategi untuk menarik pelanggan. Menu seperti ini bikin pelanggan merasa ada yang eksklusif, sehingga permintaan untuk mencicipi menu spesial ini meningkat pesat.
  1. Teknologi
  • Smartphone Terbaru: Setiap kali model baru dirilis, banyak orang langsung ingin memilikinya. Misalnya, saat iPhone atau Samsung Galaxy keluaran terbaru muncul di pasaran, permintaan sering kali melonjak drastis. Ini menunjukkan bagaimana produk teknologi punya daya tarik tinggi, terutama bagi mereka yang ingin mengikuti perkembangan teknologi terkini.
  • Konsol Gaming: Saat konsol seperti PlayStation atau Nintendo merilis generasi baru, permintaan meningkat pesat, terutama di kalangan gamer yang sudah lama menantikan rilis tersebut. Harga yang tinggi kadang jadi tantangan, tapi buat yang benar-benar tertarik, daya beli biasanya disesuaikan demi memiliki konsol idaman.
  • Gadget dengan Fitur Unik: Permintaan untuk gadget dengan fitur khusus, seperti smartwatch atau TWS, juga terus meningkat seiring perkembangan teknologi. Saat muncul fitur baru atau model yang lebih canggih, konsumen sering tertarik untuk mengganti gadget lama mereka demi ngikutin trend.

Contoh-contoh di atas menggambarkan bagaimana permintaan bukan cuma tentang minat beli konsumen terhadap suatu barang atau jasa, tapi juga tentang faktor psikologis seperti FOMO dan daya beli yang memengaruhi keputusan akhir. Permintaan juga gak bisa dipisahkan dari penawaran. Misalnya, jika suatu produk cuma tersedia dalam jumlah terbatas (seperti sneakers edisi khusus atau tiket konser), permintaan sering kali naik secara signifikan karena adanya rasa takut ketinggalan momen yang berharga.

Hukum Permintaan

Prinsip Dasar

Konsep ini sebenarnya sederhana: makin rendah harga, makin banyak orang yang tertarik membeli; makin tinggi harga, makin sedikit yang berminat. Prinsip ini dikenal dengan istilah “hukum permintaan” dalam ekonomi. Hukum permintaan ini pada dasarnya menunjukkan hubungan antara harga dan minat beli konsumen: kalau harga turun, banyak yang mau beli; kalau harga naik, biasanya jadi mikir dua kali.

Contoh Praktis di Kehidupan Modern

  1. E-commerce
  • Waktu ada flash sale, konsumen berlomba-lomba beli barang incaran. Banyak orang sengaja pantengin aplikasi atau website e-commerce biar gak kehabisan produk yang lagi viral atau udah lama ngonggrong di keranjang dengan harga miring.
  • Diskon besar kayak 11.11 atau Harbolnas di Indonesia jadi momen tepat untuk cehckout barang-barang di keranjang. Wahyu harganya lagi turun banyak, gak sedikit yang akhirnya gelap mata.
  • Voucher gratis ongkir jadi salah satu magnet terbesar. Dengan promo ini, banyak konsumen yang merasa belanja jadi lebih hemat, akhirnya beli lebih banyak produk daripada biasanya. Tau kan banyak platform yang kasih diskon ongkir klo belanja di atad X Rupiah?
  1. Industri Kuliner
  • Promo buy 1 get 1 sering banget menarik perhatian banyak pembeli. Contoh sederhananya, resto yang kasih promo beli satu gratis satu pasti bikin orang kepengen beli. Dan biasanya promo jenis ini juga jadi favorit penjual dibandingkan promo discount 50% misalnya. Karena walaupun secara cost hampir sama tapi dampak yang dihasilkan bisa berbeda!
  • Paket hemat atau Nasi Padang menu “under 20k” banyak diburu anak muda dan mahasiswa. Mereka bisa makan kenyang tanpa harus keluarin uang banyak, apalagi waktu akhir bulan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan bisa naik atau turun tergantung berbagai faktor, dari pendapatan sampai trend gaya hidup. Berikut beberapa faktor yang berperan besar dalam naik-turunnya permintaan.

1. Pendapatan

Saat pendapatan konsumen meningkat, daya beli mereka juga naik. Otomatis, mereka lebih mungkin beli barang yang sebelumnya mungkin cuma jadi wishlist aja. Contoh:

  • Naiknya UMR bisa mendorong permintaan barang elektronik seperti HP atau laptop kelas menengah yang dulu mungkin terasa berat di kantong.
  • Bonus akhir tahun bikin banyak orang cenderung berbelanja lebih, baik itu liburan, beli pakaian branded, atau barang mewah lainnya yang sebelumnya gak sempat dibeli.
  • Bantuan Tunai dari Pemerintah, Ingat gak waktu pandemi COVID-19, ketika pemerintah ngasih bantuan tunai untuk masyarakat yang masuk kualifikasi penerima? Bantuan ini bertujuan membantu meningkatkan daya beli masyarakat, supaya mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan dasar di tengah situasi sulit, termasuk risiko PHK. Bantuan tunai ini juga didistribusikan dalam berbagai bentuk, seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan program bantuan sosial lainnya, untuk membantu masyarakat yang pendapatannya menurun akibat pandemi. Selain itu, meskipun bantuan ini ditujukan untuk kebutuhan mendasar, terkadang kita juga bisa lihat fenomena menarik lainnya. Misalnya, ada mahasiswa yang dapat bantuan atau beasiswa untuk kebutuhan pendidikan, tapi kadang mereka pakai dana itu untuk membeli gadget mahal atau barang lainnya. Biasanya ini karena alasan FOMO (takut ketinggalan tren) atau untuk menyesuaikan gaya hidup di lingkungan sosialnya.

2. Selera dan Preferensi

Tren dan gaya hidup punya peran penting dalam menentukan permintaan. Selera konsumen yang terus berkembang bikin permintaan produk tertentu naik turun. Contoh:

  • Demam Korean Wave bikin permintaan barang-barang dari Korea, seperti kosmetik, makanan, dan fashion, terus naik.
  • Tren hidup sehat yang lagi marak bikin banyak orang lebih tertarik sama sayuran organik atau produk ramah lingkungan. Banyak juga yang beralih ke produk-produk sustainable.

3. Harga Barang Terkait

a. Barang Substitusi

Kalau harga barang substitusi (barang pengganti) lebih murah, permintaan barang utama bisa berkurang karena konsumen cenderung pindah ke pilihan yang lebih terjangkau. Contoh:

  • Kalau harga Grab naik, banyak yang akhirnya pilih naik Gojek sebagai alternatif.
  • Jika Netflix lebih mahal, beberapa orang mungkin berpindah ke Disney+ atau layanan streaming lain yang lebih hemat.

b. Barang Komplementer

Barang komplementer adalah barang yang biasanya digunakan bersamaan. Jadi, kalau harga salah satu barang turun, permintaan barang pelengkapnya bisa naik. Contoh:

  • Kalau harga konsol PS5 turun, permintaan untuk game PS5 biasanya ikut naik, soalnya lebih banyak orang punya perangkatnya.
  • Harga printer yang terjangkau bisa mendorong permintaan tinta printer, karena makin banyak yang beli printer untuk di rumah.

4. Ekspektasi dan Prediksi Masa Depan

Ekspektasi atau perkiraan konsumen terhadap kondisi di masa mendatang juga ngaruh banget ke permintaan. Misalnya, kalau ada kabar harga bakal naik, biasanya konsumen buru-buru beli sekarang. Contoh:

  • Rumor kenaikan harga BBM sering bikin orang antre beli bahan bakar, bahkan sebelum pengumuman resmi.
  • Saat ada kabar iPhone model baru bakal dirilis, banyak konsumen jadi nahan beli, atau bahkan jual model lama mereka.

5. Jumlah Konsumen

Semakin banyak orang yang membutuhkan suatu barang atau jasa, semakin besar pula permintaannya. Bertambahnya jumlah pengguna atau konsumen baru bisa bikin permintaan produk atau layanan meningkat. Contoh:

  • Kedatangan mahasiswa baru di sebuah kota bikin permintaan akan kost-kostan atau apartemen naik, karena banyak yang butuh tempat tinggal sementara selama kuliah.
  • Kebijakan WFO (Work From Office) yang mulai diterapkan lagi bikin permintaan transportasi umum naik, karena banyak orang harus bolak-balik ke kantor tiap hari.

Secara keseluruhan, permintaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dinamis. Mulai dari pendapatan, trend, harga barang terkait, sampai ekspektasi dan jumlah konsumen yang makin banyak. Hukum permintaan pada akhirnya menunjukkan bahwa harga sangat memengaruhi keputusan pembelian konsumen, dengan faktor-faktor lain memberikan sentuhan tambahan pada naik-turunnya permintaan.


Kurva Permintaan

Karakteristik Kurva Permintaan

Kurva permintaan biasanya menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang ingin dibeli konsumenโ€”makin rendah harganya, makin besar minat konsumen. Secara visual, kurva ini terlihat menurun dari kiri atas ke kanan bawah, memberikan gambaran bagaimana kenaikan harga biasanya mengurangi permintaan. Intinya, konsumen cenderung berpikir ulang ketika harga naik, sedangkan harga rendah mendorong minat beli lebih tinggi.

Bayangkan ketika ada diskon besar di e-commerce: dengan harga lebih rendah, permintaan barang seperti fashion atau elektronik tiba-tiba meroket. Jadi, posisi kurva ini bukan sekadar grafik, tapi juga cerminan realitas sehari-hari tentang bagaimana harga memengaruhi keputusan belanja.

Gambar Kurva Permintaan (Demand) dan pergerakannya

Pergeseran Kurva

Kurva permintaan bisa bergerak, bergeser ke kanan (meningkat) atau ke kiri (menurun), berdasarkan beberapa faktor eksternal. Misalnya, ketika sebuah produk lagi viral atau tren meningkat, kurva akan bergeser ke kanan karena makin banyak yang tertarik membelinya pada harga tertentu. Di sisi lain, saat minat menurun atau terjadi krisis ekonomi, kurva bisa bergeser ke kiri karena permintaan turun.

Contoh nyatanya terlihat ketika makanan atau minuman viral seperti Es Krim Mixue dkk atau Es kopi susu muncul di pasaran. Permintaan melambung tinggi, menggeser kurva ke kanan. Tapi ketika tren berganti, seperti Es Krim Mixue yang kalah pamor dengan minuman Es Teh Solo Wasgitel, permintaan turun sehingga kurvanya bergeser ke kiri.


Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan adalah cara kita mengukur seberapa peka jumlah permintaan terhadap perubahan harga. Gampangnya, ini membantu kita tahu apakah permintaan suatu barang bakal naik turun drastis atau tetap stabil ketika harga berubah.

  1. Elastis Sempurna
    Jika harga naik sedikit saja, permintaan bisa langsung menurun drastis. Misalnya, produk fashion yang punya banyak pilihan merek atau model, di mana konsumen gampang berpindah ke opsi lain jika harga naik.
  2. Elastis
    Permintaan cukup sensitif terhadap harga, seperti hiburan atau barang-barang lifestyle. Contohnya, harga tiket bioskop yang naik bisa mengurangi minat nonton karena orang bisa mencari hiburan lain yang lebih murah atau streaming film di rumah.
  3. Unitary Elastis
    Artinya perubahan harga akan diikuti oleh perubahan jumlah permintaan dengan proporsi yang sama. Misalnya, jika harga naik 10%, jumlah permintaan turun 10%โ€”seimbang dan tidak terlalu mempengaruhi total pengeluaran konsumen.
  4. Inelastis
    Permintaan tidak terlalu berubah walaupun harga berubah, seperti bahan bakar. Meski harga bensin naik, orang tetap harus mengisi tangki kendaraan, jadi permintaan cenderung tetap.
  5. Inelastis Sempurna
    Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah permintaan sama sekali. Contoh yang paling pas di sini adalah obat-obatan penting. Jika seseorang membutuhkan obat tersebut untuk kesehatannya, mereka akan tetap membelinya walaupun harganya naik.

Baik, berikut penjelasan yang lebih panjang dan lebih santai untuk poin-poin di atas:


Permintaan dan Penawaran: Dua Sisi Koin Ekonomi

Dalam ekonomi, permintaan dan penawaran ibarat dua sisi koin yang saling melengkapi. Keduanya berperan besar dalam menentukan harga barang dan jasa. Kalau permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang diinginkan konsumen, penawaran (supply) adalah jumlah barang atau jasa yang disediakan di pasaran pada berbagai tingkat harga. Ketika permintaan bertemu dengan penawaran, terbentuklah yang disebut harga keseimbangan atau harga yang disepakati pasar.

Misalnya:

  • Ketika permintaan suatu produk melonjak tinggi (misalnya waktu viral), sementara jumlah barang yang tersedia terbatas, harga produk cenderung naik. Contohnya waktu saat barang-barang yang lagi viral seperti sneakers atau action figure edisi terbatas, di mana harga bisa langsung meroket karena permintaan lebih tinggi dari penawaran.
  • Sebaliknya, saat permintaan menurun tetapi barang yang tersedia berlebih, harga cenderung turun. Ini biasanya terjadi pada akhir musim, seperti diskon besar-besaran produk fashion saat pergantian tren musim atau saat teknologi baru meluncur dan harga model lama turun drastis.

Intinya: Permintaan yang tinggi dan penawaran terbatas akan mendorong harga naik, sedangkan permintaan rendah dengan penawaran berlebih akan mendorong harga turun.


Aplikasi dalam Dunia Digital Modern

Konsep permintaan dan penawaran ini ternyata sangat relevan dalam dunia digital yang kita kenal sekarang. Beberapa contoh penerapan praktisnya meliputi:

  1. Social Media
    Algoritma di platform media sosial seperti Instagram atau TikTok bisa sangat berpengaruh pada permintaan produk tertentu. Saat produk atau brand di-endorse oleh influencer populer, minat publik langsung naik karena banyak yang kena efek FOMO. Misalnya, skincare atau fashion item yang dipopulerkan oleh influencer cenderung langsung jadi tren, dan permintaan bisa melonjak karena banyak orang ingin mencoba produk yang โ€œdirekomendasikanโ€ tersebut.
  2. E-commerce
    Di platform e-commerce, harga bisa dinamis, alias bisa berubah tergantung pada permintaan yang terjadi saat itu. Misalnya, saat barang lagi banyak dicariโ€”seperti elektronik atau mainan tertentu saat musim liburanโ€”harganya bisa naik. Begitu pula saat stok berlimpah tapi pembeli sepi, platform seringkali memberikan diskon untuk menarik konsumen dan mengurangi stok yang menumpuk.
  3. Sharing Economy
    Contoh lainnya adalah pada layanan ride-sharing seperti Gojek atau Grab. Ketika permintaan tinggi, misalnya pada jam pulang kantor atau saat hujan, sistem menerapkan surge pricing atau tarif lonjakan. Ini artinya, harga naik untuk menyesuaikan dengan lonjakan permintaan agar driver tetap mau mengambil order di waktu sibuk. Dengan kata lain, ada penyesuaian harga untuk memaksimalkan jumlah pengemudi yang mau ambil order dan memastikan konsumen tetap bisa mendapatkan layanan.

Dengan memahami hubungan permintaan dan penawaran serta aplikasinya di dunia digital, kita jadi lebih sadar akan bagaimana ekonomi bekerja di sekitar kita. Fenomena ini bukan cuma teori ekonomi, tapi juga langsung memengaruhi kehidupan sehari-hari kita, terutama dalam pengalaman belanja dan bertransaksi online.


share

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments